Kalimat, “Jangan cari-cari kesalahan lah, yang penting kita cari solusi bareng…” adalah kalimat indah yang mungkin bisa menyelesaikan masalah sementara, tapi jika dibiarkan, berpotensi membuat kesalahan sama terulang lagi. Karena gak jelas siapa yang perlu memperbaiki cara kerjanya!
Dalam proses kerja tim, setiap orang berkomitmen terhadap orang lain. Itulah interaksi dalam kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Contoh, satu orang (pihak pertama) berkomitmen menyelesaikan perapihan data dalam dua hari agar hari ke-3 bisa diteruskan ke analisis data oleh pihak lain (pihak kedua).
Jika pihak pertama terlambat menyelesaikan (baru beres hari ke-4), maka pekerjaan pihak kedua bakal kacau balau. apalagi jika pihak kedua hanya punya waktu maksimal sampai hari ke-5 untuk menyelesaikan.
Mungkin mereka tetap berusaha menyelesaikannya bersama. Tapi proses perbaikan gak boleh stop di sana, apalagi sekedar diakhiri euforia bahagia merasa sudah bisa bekerja sama menyelesaikan masalah.
Aslinya, cerita di atas adalah tentang satu orang rusak komitmennya sehingga menyusahkan pihak lain.
Proses perbaikan perlu berlanjut dengan menunjuk tegas, bahwa PIHAK PERTAMA SALAH karena melanggar komitmen. Pihak pertama perlu mengevaluasi dan memperbaiki cara kerjanya.
Jika proses ‘menunjuk tegas’ gak jalan, pihak pertama berpotensi merasa bahwa dirinya gak masalah untuk terlambat menyelesaikan pekerjaan lagi. Toh kalo ada apa-apa, masalah akan diselesaikan bareng. ini bisa memperkuat pihak pertama terus mengulang kesalahannya.
Pikirkan pihak kedua. Dia bakal kerepotan mengerjakan pekerjaan dengan beban kerja di atas seharusnya. Secara normal dia mulai mengerjakan hari ke-3 dan selesai hari ke-5. Tapi baru bisa mengerjakannya di hari ke-4. BERULANG-ULANG.
Interaksi ini adalah BOM WAKTU. Entah suatu saat pihak kedua meledak dan mendamprat pihak pertama, menyampaikan keluhan terbuka (yang seharusnya dilakukan dari dulu), atau pihak kedua sebagai tim dengan kinerja bagus malah muntaber alias mundur tanpa berita, karena pihak pertama sebagai pihak lalai dibiarkan.
Bayangkan kasus di atas hanya soal satu interaksi. Mari diingat-ingat, di tim kita ada berapa interaksi selama ini? Hitung berapa pelanggaran komitmen yang selama ini sudah dibiarkan tanpa ditunjuk tegas siapa yang salah? Berapa bom waktu sudah tertanam dan siap meledak di tim kita?
Lantas siapa yang musti ‘menunjuk tegas’ menyatakan PIHAK PERTAMA SALAH? Tidak lain dan tidak bukan adalah Leadernya.
Cuman ya susah kalo Leader masih merasa tabu nyari-nyari kesalahan orang.
Kolaborasi yang baik justru tercipta jika setiap orang bertanggung jawab, akuntabel. Pun Pemimpin yang baik adalah pemimpin adil, menempatkan sesuatu sesuai tempatnya, termasuk mengevaluasi sesuai orang dan porsinya.
Jadi, jangan terbuai mentah-mentah dengan kalimat indah, “Jangan cari-cari kesalahan lah, yang penting kita cari solusi bareng…”
Ditulis oleh:
Surya Kresnanda
@suryakresnanda
0811-2244-111