Ya kalok naik pangkat diukur dari kerja, maka seorang driver perusahaan lulusan SMA mungkin lebih pas jadi direktur perusahaan dibanding direktur sekarang yang kerjanya lebih nanyak duduk dan ngomong.
Kenyataannya, jabatan gak selalu korelatif dengan ‘kerja keras’. Ada faktor lain, yaitu kompentensi, kapasitas diri, sikap, dan banyak hal ‘soft’ lainnya.
Untuk mendapat semua itu, butuh kerja keras juga sih. Tapi bukan bentuk kerja keras seperti yang pengeluh-pengeluh diatas, perkirakan.
Karenanya, penting untuk mau belajar dan memahami medan laga. Tidak lantas terlalu mudah membanggakan kelelahan dan usaha keras banting tulang berpeluh keringat yang diharap-harap dapat apresiasi.
Malah, Kalo mau dievaluasi jujur, yang merasa sudah kerja keras juga belum tentu kerjaannya efisien kok. Kerjanya memang keras, tapi sangat mungkin borosnya banyak.
Lembur misalnya. Apakah bagus? gak selalu. Sering lembur itu ngabisin listrik perusahaan lho. Padahal harusnya bisa beres di jam kerja. Berarti kerjanya munkin efisien.
Jadi…
Kerja keras itu perlu. Tapi itu baru bahan dasar. Wajib ada di semua orang. Tapi bukan hal yang patut dibanggakan juga. Apalagi sampe dikelukan karena merasa kerja kerasnya gak membuat dirinya diapresiasi.
Ditulis oleh:
Surya Kresnanda
@suryakresnanda
0811 2244 111