ADA ANGGOTA TIM YANG MERUSAK SUASANA?

  • kaniranacoaching
  • Feb 22, 2023
https://pusdiklat.bps.go.id/

Gimana kalo ada anggota tim kita yang suka bikin suasana rusak? Cenderung menyakiti banyak orang, tapi sebenarnya tidak benar-benar berkontribusi dalam capaian tim.

Hal yang seringkali dilakukan, namun salah adalah… Ngomongin dibelakang. Ini sering bikin kita puas hati, tapi buang energi. Toh dia (si pelaku) gak denger omongan kita.

Hati-hati dengan pikiran, “harusnya kan dia tahu! kalo dia ngerusak suasana dan nyakitin banyak orang”. Merasa, “Harusnya dia tahu” adalah tuntutan tersembunyi yang sering menjadi bom waktu.

Lantas musti gimana?

Salah satu titik perubahan seseorang adalah kesadaran. Dan seringnya, sejak awal pelaku tidak sadar bahwa sikapnya meyakiti orang lain. Ia hidup dengan kebiasaan keluarga dan lingkungannya dari kecil, membentuknya seperti hari ini.

Bisa jadi bagi lingkungan pelaku, perilakunya biasa saja, dan ternyata tidak cocok dengan lingkungan tempat kerja. Dan dalam situasi itu, GAK ADA YANG BERANI MENYAMPAIKAN.

Believe it or not, di banyak organisasi, kejadian begini terjadi bertahun-tahun, sampe pelaku udah pindah-pindah tim, tanpa ada yang berani menyampaikan terbuka bahwa si pelaku sikapnya menyakiti.

Maka, menghadapi anggota tim seperti ini, perlu keterbukaan, Sebagai Leader, panggil dia secara personal. Sampaikan, “Kamu itu menyakiti orang…”. Tunjukkan evidence berupa data.

Bisa jadi pelaku langsung sadar untuk berubah, bisa saja enggak, dengan melawan, “Itu mereka saja yang baper!”

Kalo dia melawan, kita sebagai Leader perlu menunjukkan sikap, “Itu menurut kamu! Tapi bagi tim, itu merusak!”. Pada titik ini Leader perlu menunjukkan sikap dan posisi, Gak papa jadi pendengar, selama kita sebagai Leader udah menunjukkan bahwa, “Saya yang pegang kendali, bukan kamu”.

Setelah ditunjukkan bahwa dirinya menyakiti orang lain, beri pilihan, “Mau berubah enggak?”. Kalo menunjukkan kemauan, maka beri kesempatan, support secara maksimal.

Kalo nggak? Relakan. Keluarkan atau pindahkan. Jika gak memungkinkan, maka asingkan dari tim, minimal agar tidak merusak harmoni yang sedang berjalan. Kita tetap konsisten menunjukkan padanya bahwa perbuatan dia tidak benar bagi kelangsungan tim.

So… Dengan begitu, segalanya jadi fair. Sikap perilaku yang dianggap salah, dievaluasi secara terbuka, bukan prasangka-prasangkaan. Dia pun diberi kesempatan memilih mau berubah atau enggak, diberi ruang bertumbuh jika bersedia. Dan diberitahu segala konsekuensi-nya.

Kalo gak pernah disampaikan apapun, gak dikasih kesempatan memilih mau berubah apa enggak, gak diberi kesempatan bertumbuh saat dia mau berubah, tapi omong-omong di belakang lalu tiba-tiba surat pemecatan keluar dengan list kesalahan a-b-c-d-e, ini gak fair.

Seberapa siap kita sebagai Leader, mengkomunikasikan secara terbuka? menegaskan sikap, memberi kesempatan tim buat belajar dan tetap sabar dengan prosesnya, bahkan personal, demi kepentingan tim.

Siap?

Ditulis Oleh:

Surya Kresnanda
@suryakresnanda
0811 2244 111