NB. Baca sampai akhir sebelum menyimpulkan
Banyak tes-tes bakat, kepribadian, kecerdasan atau apapun itu mendengungkan soal, “Hidup gue banget” dimana kita bisa meraih hidup maksimal jika berjalan dijalur sesuai dengan keunikan.
Tapi belajar beginian tuh gak cukup. Kita sebagai orang-orang yang sedang mencari jati diri, perlu juga menguatkan landasan, bahwa yang menjadikan diri kuat bukan bakat atau kecerdasan, melainkan keuletan, ketabahan, kesabaran (GRIT).
Kalo gak dilandasi oleh GRIT, akhirnya tes-tes bakat yang kita ikuti dan pelajari malah jadi bumerang.
Misal, dia kenal dirinya bakat X, terus merasa tempat kerjanya gak memfasilitasi bakat, terus dia keluar dari karir yang sudah dibangunnya bertahun-tahun tanpa menyiapkan tabungan. Akhirnya keluarga luntang-lantung karena dia gak kunjung dapat pekerjaan layak sesuai dengan harapannya (memfasilitasi bakat).
Atau dia kenal kecerdasannya, lalu ngalamin masalah sama seseorang. Dia malah menjadikan hasil kecerdasannya sebagai tameng, “Dia mestinya gak memperlakukanku begitu, kecerdasanku kan ini dan itu, aku lemah kalo digituin!”. Jadi, alih-alih menyelesaikan, ia justru menyalahkan.
Tak jarang saya punya temen, gonta-ganti bisnis, karena merasa jalan bisnisnya salah akibat meyakini, “Kalo bisnis sesuai dengan tes kepribadian, harusnya bisa besar dan sukses” tapi kenyataannya mengalami banyak kesulitan.
Padahal, bisnis itu ya memang sulit, pasti banyak masalah mau sesuai kepribadian apa enggak.
Ini bukan nyalahin tes bakat dll-nya.
Ini justru mengingatkan penggunanya agar tidak berhenti pada mengenal diri.
Tapi juga perlu membangun landasan agar gak menjadi bumerang.
Jika enggak, jadilah tes itu yang seharusnya memudahkan, justru membuat penggunanya ‘menuntut kemudahan’.
Dan ‘menuntut kemudahan’ bukan sikap yang akan membawa kondisi lebih baik. Karena kemudahan itu dibangun diatas berbagai persiapan.
Ditulis oleh:
Surya Kresnanda
@suryakresnanda
0811 2244 111