Mungkin sudah agak telat bahas Indonesia VS Thailand yang berakhir imbang dan berujung kekalahan Indonesia di final Piala AFF akibat kalah total agregat 6-2. Tapi sejak menonton pertandingan kedua, ada satu hal yang terus terbayang, diwakili satu frase: “Nothing To Lose”.
Indonesia di pertandingan pertama sudah kalah telak 4-0 lawan Thailand. Dari banyak sisi, sulit memprediksi Indonesia bakal menghantam balik rival abadinya di Asia Tenggara itu. Tapi justru di sini kekuatannya.
Selama pertandingan kedua, saya melihat Indonesia main tanpa rasa takut untuk agresif. Ngejar bola super maksimal, gak khawatir kehabisan energi. Keputusan-keputusan berani pun dilakukan meski beresiko tinggi.
“Kepalang basah lah, udah hampir pasti kalah juga, maksimalkan semua upaya sekalian!” mungkin gitu pikir Asnawi dkk.
Cara bermain itu justru membuat Thailand kelabakan. Barisan Negeri Gajah Putih amburadul. Pasukan yang menjadi langganan juara piala AFF itu justru ekstra hati-hati, nggak lepas, karena agresivitas Indonesia membuat satu kesalahan aja bakal kecolongan.
Kondisi Indonesia menggambarkan situasi saat sebuah tim bermain lepas, tidak tertuntut untuk menang. Merasa bahwa sudah hampir pasti kalah. Hasratnya hanya “Melakukan yang terbaik” aja.
Saya pernah mengalami kondisi ini saat berusaha masuk perguruan tinggi, dulu. Mencoba masuk UI lewat PMDK, gagal. Ujian masuk STAN, gagal. Ujian masuk UGM, gagal lagi. Bahkan pengumuman ujian masuk UGM keluar pada hari pertama menginjakkan kaki di kota bandung saat akan mengikuti Ujian Saringan Masuk ITB. Betapa jatuhnya mental saya.
Dengan segala kegagalan itu, saya Nothing To Lose aja saat dihadapkan pada soal-soal Ujian Masuk ITB, yang belakangan saya sadari malah lebih sulit daripada SPMB (Ujian PTN dari negara saat itu). Dari situ, ekspetasi lulus saya hilang. “Kayaknya gagal lagi deh” gitu pikir saya.
Dalam kondisi itu saya justru berani menjawab soal-soal yang selama ini saya anggap sulit dan saya hindari dalam berbagai Try Out. “Kepalang basah lah, toh kayaknya gak akan lulus lagi!”
Hasilnya?
Diterima, pilihan 2, Teknik Industri ITB.
Berbagai momen tersebut menginspirasi saya untuk berfikir, tak jarang tuntutan menang itu justru membuat makin sulit menang. Karena tuntutan itu menjadikan tekanan yang membuat kita terlalu perhitungan, nggak melepaskan seluruh potensi akibat takut gagal.
Hal terbaik adalah, Nothing To Lose. Apapun hasilnya, just do the best aja.
Ustadz saya membahaskan dengan, “Pasrah”. Kondisi berlepas diri dari hasil, dan berfokus pada optimalisasi ikhtiar. Dan kondisi inilah yang menjadikan proses kita justru maksimal.
Siap “Nothing To Lose”?
Ditulis oleh:
Surya Kresnanda
@suryakresnanda
0811 2244 111