INFORMAL LEARNING

  • kanirana
  • Jun 28, 2021

Kalau saya katakan, kita bisa melatih tanpa kelas/sesi pertemuan khusus, tanpa jadwal, bahkan tanpa menjadi instruktur atau pelatih secara formal. Percaya?

Tahun 2007, dalam tulisannya, Jay Cross menggambarkan perkembangan proses belajar dari generasi ke generasi. Berikut saya tampilkan gambar, langsung dari buku beliau berjudul Informal Learning.

Paling kiri, generasi dulu, orang belajar One-on-one, sendiri-sendiri. Antara peserta belajar satu dengan lainnya tak saling kenal, tak saling terhubung, meski belajar ilmu yang sama. Bahkan saat berguru pada sumber ilmu yang sama juga, karena dilakukan di waktu berbeda.

Jika mau mendalami ilmu, tempuh perjalanan padang pasir dengan unta beberapa hari, atau perjalanan laut nan panjang. Sesampainya pada sumber ilmu, orang yang belajar pun tinggal berhari-hari di sana sembari mencatat mutiara pengetahuan sebanyak-banyaknya… sendirian.

Selanjutnya, teknologi transportasi berkembang. Perjalanan bisa ditempuh lebih cepat. Hal ini menjadikan orang mudah berkumpul atau berpindah tempat dalam waktu relatif cepat, hanya hitungan hari/jam, misal memakai kereta dan pesawat. Dari sini, berkembang model belajar ala kelas.

Di model kelas, sekumpulan orang mendatangi satu sumber ilmu bersama-sama. Atau, seorang sumber ilmu datang dari jauh kepada sekumpulan orang. Jadilah satu sumber ilmu menyampaikan apa yang diketahuinya ke sekian orang sekaligus.

Model ini makin berkembang dengan banyak metode penyampaian materi dan bagaimana memfasilitasi proses berlatih.

Memasuki era internet di tangan semua orang, kini kita bisa terkoneksi kapan saja dimana saja dengan begitu mudah dan cepat. Komunikasi nyaris tanpa hambatan.

Hal ini membuat setiap orang bisa belajar kepada siapa saja, bahkan berbagi ilmu kepada siapa saja. Melalui kebiasaan-kebiasaan baru era digital, lahirlah model Informal Learning.

Perhatikan gambar dari buku Jay Cross di atas. Setiap titik warnanya sama, abu-abu gelap (beda dengan model sebelumnya dimana peserta belajar memiliki abu-abu lebih cerah dibanding sumber ilmu). Ditambah garis koneksi terjadi dari semua orang… ke semua orang.

Artinya, pada model Informal Learning, siapapun bisa jadi sumber ilmu sekaligus peserta belajar. Tak ada narasumber khusus.

Internet membuat sumber daya kita semakin besar, dengan cepat mengetahui hal-hal yang dulu harus dilewati dengan riset perpustakaan. Ditambah orang-orang terkoneksi via media sosial, grup WhatsApp, dan lain sebagainya, sehingga proses saling sharing satu sama lain secara masif tak lagi terbendung.

Inilah Informal Learning, dimana proses belajar kita lewat obrolan komunitas, diskusi grup WhatsApp, serta interaksi dengan akun Instagram yang kita follow… Lebih banyak dan lebih sering membentuk cara berpikir kita, jauh lebih cepat daripada kelas pelatihan dan workshop yang kita ikuti.

Sebagai Pemimpin, bagaimana memanfaatkan fenomena ini untuk proses melatih tim?

Dilanjut di artikel berikutnya ya…

Stay tune 😀

Surya Kresnanda — 08112244111

=====

Sumber : https://medium.com/@suryakresnanda/informal-learning-f72947f24cc9

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *