Banyak pemuda memasuki dunia profesional dengan segudang idealisme. bahkan mungkin idealismenya sudah dimulai sejak mahasiswa.
Idealisme membara itu tiba-tiba dihantam oleh dua raksasa bernama ‘kebutuhan keluarga’ dan ‘target kerjaan’ yang membuatnya sulit kembali fokus pada idealisme awal.
kebutuhan keluarga adalah tentang dapur ngepul, popok anak, sekolah anak yang makin mahal (jika ingin berkualitas).
Target kerjaan adalah tentang berbagai tugas dari tempat kerja yang penetapannya di luar kendali, dan menyita lebih dari setengah waktu hidup setiap orang.
mungkin kita bisa sederhana mengatakan, ‘sesuaikan saja antara idealisme dengan keluarga dan kerjaan, buat selaras!”
Itu bagus. Tapi mewujudkan keselarasan itu tak cukup dengan keinginan. Perlu ada KEPEMIMPINAN dari Sang Pemilik Idealisme.
Kepemimpinan untuk senantiasa in control pada diri agar tetap fokus pada tujuan, meski dihadang banyak hambatan.
Kepemimpinan untuk menghadirkan pengaruh dan kompromi terhadap berbagai pihak yang tak sesuai dengan idealisme. Mungkin ketidaksesuaian itu datang dari pasangan, dari orang tua pasangan, dari atasan, dari rekan kerja, dll.
Kepemimpinan untuk tahan agar tak mendasarkan kualitas diri dari pandangan serta standard orang lain yang seringkali semu. Dalam arti lain, siap berbeda dan punya pendirian.
Punya idealisme? gak cukup sekedar semangat. Perlu menguatkan KEPEMIMPINAN.
Ditulis Oleh :
- Surya Kresnanda
- @suryakresnanda
- 0811 2244 111