Sebuah tim kerap mengalami masalah, mulai dari masalah internal yang melibatkan antar anggota tim, ataupun masalah terkait sulitnya menyelesaikan pekerjaan dan mencapai target.
Saat masalah terjadi, Pemimpin punya beberapa pilihan untuk dilakukan diantaranya:
- Menyalahkan tim atas masalah yang terjadi.
- Berhenti menyalahkan keadaan dan turun tangan menyelesaikan masalah.
- Memampukan tim untuk menyelesaikan masalah secara mandiri.
Kita kupas satu-persatu.
1. HANYA MENYALAHKAN TIM ATAS MASALAH YANG TERJADI
Pilihan ini adalah pilihan terburuk diantara yang terburuk. Hanya menyalahkan tim, berarti melepas tanggung jawab dirinya sebagai Pemimpin.
“Lho tapi kan emang tim saya yang salah!”
Hakikat Pemimpin adalah tanggung jawab. Artinya setiap Pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
Jika terjadi masalah, meski penyebab langsungnya adalah tim, Pemimpin turut mengambil peran tanggung jawab. Bisa karena Pemimpin tidak menjaga timnya, kurang mendidik timnya, belum benar-benar memastikan keberjalanan timnya sesuai harapan.
Pemimpin yang memimpin tanpa niat mengambil tanggung jawab atas timnya, tak pantas disebut Pemimpin. Pemimpin yang hanya menyalahkan tim atas sebuah masalah, adalah seburuk-buruk Pemimpin.
2. BERHENTI MENYALAHKAN KEADAAN DAN TURUN TANGAN MENYELESAIKAN MASALAH
Pada kasus lain, seorang Pemimpin tak fokus mencari siapa salah dan siapa dalang sebuah masalah. Ia turun ke bawah melihat langsung segala sumber masalah, dan menyelesaikannya.
Pemimpin seperti ini sering menjadi sosok andalan timnya. Semacam pahlawan di tengah badai yang sedang terjadi. Saat ada masalah, dan sang Pemimpin turun tangan, tim menjadi tenang karena merasa segala masalah ini akan beres atau minimal mulai menemukan titik terang.
Pemimpin seperti ini cenderung dihormati dan diikuti karena kapasitas dan kapabilitas dirinya. Ibarat hukum rimba hutan, dimana untuk selamat, kita berlindung dengan mengikuti Pemimpin terkuat.
Saat turun tangan menyelesaikan masalah, Pemimpin mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi, rela turut menanggung resiko ‘kotor’ bersama timnya untuk menjadikan kondisi lebih baik. Tak heran Sang Pemimpin cenderung populer, disukai, serta dikagumi.
Namun ada satu kelemahan besar saat Pemimpin terlalu sering turun tangan menyelesaikan masalah. Ia bakal terus diseret ke bawah, menyelesaikan masalah remeh yang seharusnya bukan bagian dia. Meski disukai, populer, serta diandalkan, ia sulit mengambil langkah-langkah besar.
Tak heran, saat memimpin dengan model ini, Sang Pemimpin cenderung sulit menghadirkan perubahan.
3. MEMAMPUKAN TIM UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH SECARA MANDIRI
Satu model Pemimpin yang mungkin tidak populer dalam jangka pendek, namun dirasakan manfaatnya oleh tim di masa depan. Pemimpin ini memampukan tim untuk menyelesaikan masalah secara mandiri.
Saat tim mengalami masalah, Sang Pemimpin menyerahkan pada tim tersebut. “Selesaikanlah masalahmu ini sendiri!”
Menyerahkan pada tim untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, bukan tanpa resiko. Bisa saja terjadi kesalahan yang mungkin bisa dihindari jika Sang Pemimpin langsung turun tangan. Namun Pemimpin tersebut sudah siap menerimanya dalam rangka memberi kesempatan tim untuk belajar dari kesalahan.
Perbaikan pun dilakukan. Pemimpin tersebut melihat progress-nya dari jauh. Ditemukan ada diantara anggota tim kurang dalam beberapa kompetensi. Di balik layar, Sang Pemimpin merancang, merencanakan, dan memfasilitasi anggota tim tadi untuk bertumbuh.
Sesekali Sang Pemimpin mengajari langsung jika bisa, atau mengenalkan tim kepada ahli untuk belajar. Bisa juga anggota tim tertentu dikirim ikut pelatihan, atau diberi penugasan belajar mandiri sembari dipantau.
Ada kalanya sembari melihat dari jauh, Sang Pemimpin sedikit banyak mengarahkan saat anggota timnya mulai melenceng. Kadang kesannya, “Boss ini bisanya ngomong doang, tapi kagak ngebantu!”. Tapi sang Pemimpin sadar bahwa ia tetap perlu ada di luar lingkaran eksekusi agar bisa melihat lebih luas, dan obyektif dalam mengevaluasi.
Tidak semua anggota tim mau bertahan dengan Pemimpin seperti ini. Sebagian anggota tim malas untuk belajar saat diarahkan untuk menambah kompetensi. Sebagian lain lagi merasa tidak suka dengan Pemimpin yang tidak turun tangan bersama mereka. Keduanya lebih suka Pemimpin yang turun langsung, membuat diri mereka santai dan tenang karena masalah akan beres.
Namun Pemimpin seperti inilah yang akan membawa perubahan. Ia bergerak bersama tim dengan semangat belajar tinggi, paham akan posisinya, dimana masing-masing anggota tim siap mengambil tanggung jawab masing-masing tanpa mengandalkan orang lain, apalagi mengandalkan Pemimpinnya sendiri.
Sang Pemimpin pun bisa mengambil tanggung jawab lebih besar, meluaskan pengaruh, membawa perubahan besar, tanpa khawatir dengan kondisi timnya yang sudah bisa mandiri.
——
Sahabat Pemimpin…
Saat tim mengalami masalah, ingin menjadi Pemimpin seperti apa? Semua bergantung pada keputusan kita.
Apakah kita ingin melepas tanggung jawab?
Apakah kita ingin populer dan disenangi?
Atau ingin bergerak jauh untuk menghasilkan perubahan besar?
Ditulis oleh:
SURYA KRESNANDA
Head Coach at Kanirana
0811 2244 111