Sebuah tim perlu kerjasama untuk mencapai tujuan. Ini adalah pernyataan yang sudah kita ketahui bersama. Apalagi saat berbicara target-target besar.
Kenapa target besar? ya kalau targetnya kecil, gak perlu tim, gak perlu kerjasama, kerjain aja sendiri kan beres.
Tapi di sinilah justru hakikatnya… Kenapa sebuah bisnis mau repot-repot membangun tim? karena memang segala pekerjaan sudah tak bisa ditangani sendiri akibat tingginya tuntutan pelanggan serta target yang ingin dicapai.
“Gampang…. rekrut aja banyak orang hebat!”
Oke, kalo dananya ada kan. Orang hebat tentu menuntut bayaran mahal. Meski sebenarnya sekumpulan orang hebat tak menjamin kerjasama tim yang kuat.
Divisi People Analytics dari Google pernah melakukan penelitian dengan label Project Aristotle. Sebuah penelitian yang ingin menemukan apa faktor penyebab sebuah tim bisa sangat produktif. Penelitian ini diceritakan Charles Duhigg dalam bukunya SMARTER FASTER BETTER.
Melalui kajian literatur hingga mengamati berbagai tim di internal Google, membandingkan tim dengan produktivitas tinggi dan rendah, Google mencapai 1 kesimpulan.
Kesimpulannya menarik, bahwa sebuah tim menjadi produktif bukan karena ‘siapa orang di dalamnya’, tapi ‘bagaimana antar anggota tim berinteraksi’. Google menyebutnya dengan
(Norma). Norma seperti apa yang berlaku dan dijalankan di sebuah tim, menentukan seberapa produktif tim tersebut dalam pekerjaannya.
Lantas Norma seperti apa yang ditunjukkan oleh tim-tim produktif?
Mari kita simak pidato Laszlo Bock, Kepala Departemen People Operation Google tentang hasil Project Aristotle, seperti dikutip oleh Duhigg (Duhigg, 59):
Dalam kepala kita semua ada satu mitos… kita pikir kita butuh superstar. Namun bukan itu yang kami temukan…
Kita bisa ambil satu tim dengan kemampuan anggota rata-rata dan bila kita ajari mereka untuk berinteraksi dengan benar, mereka akan lakukan hal-hal yang tidak akan pernah bisa dilakukan superstar manapun.
Membuat setiap orang di dalam tim merasa punya suara itu penting, namun apakah mereka benar-benar bisa memilih atau membuat keputusan ternyata tidak begitu berarti. Begitu juga volume kerja atau lokasi fisik.
Yang penting adalah memiliki suara & kepekaan sosial.
(disampaikan dalam rapat besar Google di Mountain View tahun 2015 oleh Laszlo Bock)
Ini menjadi satu pengetahuan dasar bahwa, untuk mengembangkan kerjasama tim serta membuat mereka berinteraksi secara produktif, jangan terlalu jauh berpikir untuk: menempatkan orang sesuai bakat dan kemampuannya, memasangkan orang yang punya chemistry, memastikan seluruh anggota tim satu visi, dll; seperti banyak diajarkan ilmu-ilmu mainstream.
Hal-hal tersebut tidak salah. Namun sebelum itu semua, Pemimpin perlu berpikir, “Apakah sudah membangun norma yang tepat? sebuah situasi dimana setiap orang merasa aman untuk punya suara dan mengambil keputusan? nuansa kala antar anggota tim peka satu sama lain dengan kondisi anggota tim lain?”
Kondisi ini dikenal sebagai Psychological Safety, kondisi saat tim merasa aman secara psikologis untuk terbuka apa adanya, tanpa topeng, tanpa kepalsuan, di hadapan anggota tim lain dan juga Pemimpinnya.
Hadirnya Psychological Safety sangat bergantung peran Pemimpin, karena semua dimulai dari Pemimpinnya. Misal, saat Pemimpin tak menjadi pendengar bagi tim, maka jelas para anggota tim membaca bahwa ‘berpendapat’ bukanlah aktivitas aman.
Jika Pemimpin hanya memberi kesempatan bicara orang-orang tertentu, berakibat sebagian orang merasa bahwa dirinya tak memiliki suara dan tak pantas menjadi bagian aktif dalam tim.
Berarti, bicara soal Cara Mengembangkan Kerjasama Tim, Pemimpin perlu menjadi teladan untuk:
- Mendengarkan tim seaneh apapun pesan dan informasinya
- Mengakui kekurangan diri, sehingga menjadi contoh bagi tim bahwa ‘tak sempurna itu tak apa-apa’
- Mendorong tim untuk menyuarakan isi hati, bahkan siap diberi masukan oleh tim tanpa baper
- Membantu anggota tim yang tak mau bicara, untuk berani mengungkapkan pendapat di dalam pertemuan
- Menjamin keamanan anggota tim yang berpendapat, meski jika apa yang dibicarakan tidak benar-benar berguna kala itu
Saat dalam tim sudah saling terbuka dengan tiada ada dusta diantara kita, Tim tersebut dapat menghasilkan hal-hal besar meski berisi anggota tim dengan kemampuan rata-rata. Karena interaksi antar mereka berputar dalam hubungan kuat serta kaya akan ide-ide berani, sehingga mampu menghasilkan karya di luar perkiraan.
Ditulis oleh:
SURYA KRESNANDA
Head Coach at Kanirana
0811 2244 111